1.
Influenza
Kata influenza berasal dari bahasa Italia yang berarti
“pengaruh”. Hal ini merujuk pada penyebab penyakit Influenza, yang lebih
dikenal dengan sebutan flu. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza. Gejala
dari penyakit ini adalah:
·
Demam
dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
·
Batuk
·
Hidung
tersumbat
·
Nyeri
tubuh, terutama sendi dan tenggorok
·
Kelelahan
·
Nyeri
kepala
·
Iritasi
mata, mata berair
·
Mata
merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan
hidung
·
Ruam
petechiae
·
Pada
anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen, (dapat menjadi
parah pada anak dengan influenza B).
Biasanya, influenza ditularkan melalui udara lewat batuk
atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza
juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus,
atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi
karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
Orang yang menderita flu disarankan untuk banyak
beristirahat, meminum banyak cairan, menghindari penggunaan alkohol dan rokok,
dan apabila diperlukan, mengonsumsi obat seperti asetaminofen (parasetamol)
untuk meredakan gejala demam dan nyeri otot yang berhubungan dengan flu.
Anak-anak dan remaja dengan gejala flu (terutama demam) sebaiknya menghindari
penggunaan aspirin pada saat infeksi influenza karena hal tersebut dapat
menimbulkan Sindrom Reye, suatu penyakit hati yang langka namun memiliki
potensi menimbulkan kematian. Karena influenza disebabkan oleh virus,
antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi kecuali diberikan untuk
infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat
efektif, namun sebagian galur inflenza dapat menunjukkan resistensi terhadap
obat-obat antivirus standar.
2.
Poliomielitis
Kata polio berasal dari bahasa Yunani yang artinya
"abu-abu" dan "bercak". Poliovirus adalah virus RNA kecil
yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Jenis Polio ada 3,
yaitu :
a.
Polio
non-paralisis
Polio
non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
b.
Polio
paralisis spinal
Strain
poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
c.
Polio
bulbar
Polio jenis
ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang.
Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya
mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk
di daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap
polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada saat
balita akan sangat membantu pencegahan polio pada masa depan karena polio
menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa.
Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk
menolak untuk mematenkan vaksin ini karena menurutnya vaksin ini milik semua
orang seperti halnya sinar matahari. Namun vaksin yang digunakan untuk
inokulasi masal adalah vaksin yang dikembangkan oleh Albert Sabin. Inokulasi
pencegahan polio anak untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pittsburgh,
Pennsylvania pada 23 Februari 1954.
3.
Paramyxovirus
Virus ini menyebabkan penyakit mumps atau yang
lebih dikenal dengan nama “gondong”. Penyakit ini menyerang kelenjar ludah
(kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan
pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit ini disebabkan oleh
virus Mumps yaitu virus berjenis RNA virus yang merupakan anggota famili
Paramyxoviridae dan genus Paramyxovirus. penyebaran virus dapat ditularkan
melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Pada
tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala:
·
demam
(suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius)
·
sakit
kepala
·
nyeri
otot
·
kehilangan
nafsu makan
·
nyeri
rahang bagian belakang saat mengunyah dan ada kalanya disertai kaku rahang
(sulit membuka mulut). Kadang kala disertai nyeri telinga yang hebat pada 24
jam pertama.
·
Terjadi
pembengkakan.
Pembengkakan terjadi di kelenjar di bawah telinga
(parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian
kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Sekitar 70-80% terjadi pembengkakan kelenjar
pada dua sisi. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3-5 hari kemudian
berangsur mengempis dan disertai dengan demam yang membaik. Kadang terjadi pembengkakan
pada kelenjar air liur di bawah rahang (submandibula), submaksilaris, kelenjar
di bawah lidah (sublingual) dan terjadi edema dan eritematus pada orificium
dari duktus. Pada pria akil balik ada kalanya terjadi pembengkakan buah zakar
(testis) karena penyebaran melalui aliran darah. Pengobatan ditujukan untuk
mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan
kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri
(antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya. Aspirin tidak
boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma
Reye (bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita
yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat
tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan
kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut.
Penderita yang mengalami serangan virus pada organ
pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya
diberikan cairan melalui infus.
Penyakit mumps dapat dicegah dengan pemberian
vaksinasi MMR (mumps, morbili, rubela). Imunisasi rutin pada masa kanak-kanak,
diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga
diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong.
Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek panas atau gejala lainnya.
4.
HIV
(Human Immunodeficiency Virus)
Virus ini dapat menyebabkan penyakit AIDS. HIV menyerang
sistem imun (kekebalan tubuh). HIV dapat ditularkan melalui injeksi langsung ke
aliran darah, serta kontak membran mukosa atau jaringan yang terlukan dengan
cairan tubuh tertentu yang berasal dari penderita HIV. Cairan tertentu itu
meliputi darah, semen, sekresi vagina, dan ASI. Beberapa jalur penularan HIV
yang telah diketahui adalah melalui hubungan seksual, dari ibu ke anak
(perinatal), penggunaan obat-obatan intravena, transfusi dan transplantasi,
serta paparan pekerjaan. Apabila seseorang terjangkit virus HIV, maka orang
tersebut tidak memiliki sistem kekebalan tubuh, sehingga jika si penderita
terkena flu atau penyakit lain maka akan sulit sekali untuk sembuh. AIDS adalah penyakit yang mematikan dan belum
ada obat atau vaksinnya. AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Gejala dari
penderita AIDS adalah; demam, berkeringat di malam hari, mengalami pembengkakan
kelenjar, lemah, berat badan yang terus mengalami penurunan.
5.
Measles
Virus Measles menyebabkan penyakit cacar. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat
merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada
kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil
yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi
cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau
gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan
segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih
gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa
waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta
akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi
ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah
mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih
lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih
sulit menghilang.
Cacar dapat dicegah denagn melakukan imunisasi yang tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari
12 bulan. Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak
mempunyai kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh
Penyakit varicella / cacar
sebenarnya dapat sembuh secara sendirinya. Namun penyakit varicella juga dapat
diberi penggobatan "Asiklovir" berupa tablet 800 mg per hari setiap 4
jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan
salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang
terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi
biasanya juga digunakan.
Comments
Post a Comment