Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri puisi baru :
a.
Padat
makna.
b.
Banyak
menggunakan kata-kata konotasi.
d.
Disajikan
dalam bentuk monolog
e.
Dibentuk
dalam bait
f.
Bentuknya
rapi, simetris
g.
Mempunyai
persajakan akhir (yang teratur)
h.
Banyak
mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
i.
Sebagian
besar puisi empat seuntai
Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya,
puisi dibedakan atas :
1.
Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini
terdiri dari 3 (tiga) bait, tiap bait terdiri atas 8 (delapan) larik dengan
skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi
a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren
dalam bait-bait berikutnya.
Contoh:
Dengan kuku-kuku
besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat
gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat
lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi
pun telanjang
Segenap warga desa
mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran
pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan
betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga
api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang
maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan
kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang
pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh
orang papa.
Majulah Joko
Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna
padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat
arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak,
luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di
mana ia!
Hanya padanya
seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya atapi
masih setan ia
Menggertak kuda, di
tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di
manakah ia!
Hanya padanya
seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik
kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak
bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi
derinya dendam yang tiba.
Pada langkah
pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga
rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka,
terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok
hutan bopeng oleh luka
Pesta abulan, sorak
sorai, anggur darah
Joko Pandan
menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh
bapaknya.
(W.S Rendra)
2.
Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau
pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa,
Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai
puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru,
pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
Bawah sayatan khianat dan dusta
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
Menitikkan darah dari tangan dan kaki
Dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
Dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
Mengenal-Mu tersalib di dalam hati.
(Saini S.K)
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
Bawah sayatan khianat dan dusta
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
Menitikkan darah dari tangan dan kaki
Dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
Dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
Mengenal-Mu tersalib di dalam hati.
(Saini S.K)
3.
Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya
sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia,
bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
4.
Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal
dari Bahasa Yunani “epigramma” yang berarti unsur pengajaran; didaktik;
nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada
teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
5.
Romansa
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta
kasih. Berasal dari bahasa Perancis “Romantique” yang berarti keindahan
perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
Contoh :
Ya, kekasihku
Engkau datang mengintai hidup
Engkau datang mengintai hidup
Engkau datang menunjukkan muka
Tetapi sekejap matamu kau tutup
Melihat terang ananda tak suka
Mulut kecil tiada kau buka
Tangis teriakmu tak diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka
Kau diam anakku, kami kau tinggalkan
Sedikitpun matamu tak mengerling
memandang ibumu sakit berguling
Air matamu tak bercucuran
Kau diam, diam kekasihku
Tak kau katakan barang pesanan
Akan menghibur duka di dadaku
Kekasihku, anakku, mengapa diam?
(JE. Tatengkeng)
6.
Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena
sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
7.
Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal
dari bahasa Latin ”Satura” yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap
sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang
pura-pura, rasuah, zalim, dll)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat
dari bentuknya antara lain:
1.
Distikon
Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua
seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2.
Terzina
Terzina adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga
seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
3.
Kuatrain
Kuatrain adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi
empat seuntai).
Contoh
:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4.
Kuint
Kuint adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai).
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5.
Sektet
Sektet adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam
seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
6.
Septime
Septime adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
Contoh:
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)
7.
Oktaf/Stanza
Oktaf adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double
kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8.
Soneta
Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi
menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua
masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata “sonneto” (Bahasa
Italia), perubahan dari kata “sono” yang berarti suara. Jadi soneta
adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda
diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka
berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta
Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris,
tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi
pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
(Muhammad Yamin)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
(Muhammad Yamin)
Comments
Post a Comment