Sel
darah merah, eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell (RBC), erythrocyte) adalah
jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen.Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit
melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah m
erah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
erah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai
eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti
merah dan kytos yang berarti selubung/sel).
Eritrosit
Vertebrata
Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan
molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke
seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah
merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari
jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut
dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah.Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin,
berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.
Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang
terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi
eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna
merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih
gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh
darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari
perubahan warna ini dengan mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri.
Pengurangan jumlah oksigen yang membawa protein di
beberapa sel tertentu (daripada larut dalam cairan tubuh) adalah satu tahap
penting dalam evolusi makhluk hidup bertulang belakang (vertebratae). Proses
ini menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang memiliki viskositas rendah,
dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari sel darah ke
jaringan tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit kurang lebih 25% lebih besar daripada
diameter pembuluh kapiler dan telah disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan
pertukaran oksigen dari eritrosit dan jaringan tubuh.
Vertebrata yang diketahui tidak memiliki eritrosit
adalah ikan dari familia Channichthyidae. Ikan dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan
air dingin yang mengandung kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas
terlarut dalam darah mereka. Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin
lagi, sisa-sisa hemoglobin dapat ditemui di genom mereka.
Nukleus
Pada mamalia, eritrosit dewasa tidak memiliki nukleus
di dalamnya (disebut anukleat), kecuali pada hewan vertebrata non mamalia
tertentu seperti salamander dari genus Batrachoseps.
Konsentransi asam askorbat di dalam sitoplasma eritrosit anukleat tidak berbeda dengan
konsentrasi vitamin C yang terdapat di
dalam plasma darah. Hal ini berbeda dengan
sel darah yang dilengkapi inti sel atau sel jaringan, sehingga memiliki konsentrasi asam askorbat yang
jauh lebih tinggi di dalam sitoplasmanya.
Rendahnya daya tampung eritrosit terhadap asam
askorbat disebabkan karena sirnanya transporter SVCT2 ketika eritoblas mulai beranjak dewasa menjadi eritrosit.
Meskipun demikian, eritrosit memiliki daya cerap yang tinggi terhadap DHA melalui
transporter GLUT1 dan
mereduksinya menjadi asam askorbat.
Fungsi lain
Ketika eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh
yang sempit, eritrosit akan melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk
berelaksasi dan melebar.
Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga
berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya
darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.
Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan
melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel
patogen, serta membunuhnya.
Eritrosit Mamalia
Pada awal pembentukannya, eritrosit mamalia
memiliki nuklei, tapi nuklei tersebut akan perlahan-lahan menghilang
karena tekanan saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan
kepada hemoglobin. Eritrosit mamalia juga kehilangan organel sel
lainnya seperti mitokondria. Maka, eritrosit tidak pernah memakai oksigen yang
mereka antarkan, tetapi cenderung menghasilkan pembawa energi ATP lewat proses fermentasi yang diadakan dengan proses glikolisis pada glukosa yang diikuti pembuatan asam laktat. Lebih lanjut lagi bahwa eritrosit tidak
memiliki reseptor insulin dan pengambilan glukosa pada eritrosit tidak
dikontrol oleh insulin. Karena tidak adanya nuklei dan organel lainnya,
eritrosit dewasa tidak mengandung DNA dan tidak dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit tidak bisa membelah
atau memperbaiki diri mereka sendiri.
Eritrosit mamalia berbentuk kepingan bikonkaf yang
diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti
"barbel" jika dilihat secara melintang. Bentuk ini (setelah nuklei
dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam proses pertukaran
oksigen dengan jaringan tubuh di sekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga
muat ketika masuk ke dalampembuluh kapiler yang
kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar, kecuali pada eritrosit di
keluarga Camelidae (unta), yang berbentuk oval.
Pada jaringan darah yang besar, eritrosit
kadang-kadang muncul dalam tumpukan, tersusun bersampingan. Formasi ini biasa
disebut roleaux formation, dan akan muncul lebih banyak ketika
tingkat serum protein dinaikkan, seperti contoh ketika peradangan
terjadi.
Limpa berperan sebagai waduk eritrosit, tapi hal ini
dibatasi dalam tubuh manusia. Di beberapa hewan mamalia, seperti anjing dan kuda, limpa mengurangi eritrosit dalam jumlah besar, yang
akan dibuang pada keadaan bertekanan, dimana proses ini akan menghasilkan
kapasitas transpor oksigen yang tinggi.
Eritrosit pada manusia
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar
6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat
pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL
(9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin,
total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus
heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap
waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria
memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki
kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang
lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih
yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah
putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap
mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah
mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut
dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5
gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh
manusia.
Daur hidup
Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per
detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit
utama). Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga
sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah yang
beredar.
Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit
dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.
Polimorfisme dan kelainan
Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf.
Cekungan (konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada
hemoglobin yang akan mengikat oksigen. Tetapi, polimorfisme yang mengakibatkan abnormalitas
pada eritrosit dapat menyebabkan munculnya banyak penyakit. Umumnya, polimorfisme disebabkan oleh mutasi gen
pengkode hemoglobin, gen pengkode protein transmembran, ataupun gen
pengkode protein sitoskeleton. Polimorfisme yang mungkin terjadi antara lain
adalah anemia sel
sabit, Duffy negatif, Glucose-6-phosphatase
deficiency(defisiensi G6PD), talasemia, kelainan glikoporin, dan South-East
Asian Ovalocytosis (SAO).
Comments
Post a Comment